Home Random Page


CATEGORIES:

BiologyChemistryConstructionCultureEcologyEconomyElectronicsFinanceGeographyHistoryInformaticsLawMathematicsMechanicsMedicineOtherPedagogyPhilosophyPhysicsPolicyPsychologySociologySportTourism






Prinsip-Prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah

Ada beberapa prinsip Ahlussunnah wal jama’ah berkenaan dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :

1. Nama-nama Allah Ta’ala itu mengandung makna sifat-sifatNya yang Maha Mulia.

2. Nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala itu tak terhingga, sebagaimana kemuliaan Allah Ta’ala juga tak terhingga. Hal ini telah dinyatakan dalam do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam : “…….. aku memohon kepadaMu ya Allah dengan segenap namaMu yang Engkau namai diriMu dengannya, atau nama yang Engkau sebutkan dalam kitab yang Engkau turunkan, atau nama yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhlukMu, atau namaMu yang Engkau ketahui sendiri dalam ilmu ghaib yang ada di sisiMu…….” (HR. Ahmad dalam musndanya jilid 1 halaman 391, 452, juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban hadits nio. 2372 dalam Mawarid Adh Dham’an, diriwayatkan pula oleh Al Hakim dalam Mustadraknya jilid 1 halaman 509, At Thabrani meriwayatkannya dalam Al Mu’jamul Kabir hadits no.10352, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

3. Dalam hadits ini telah tegas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa ada nama-nama Allah yang tidak diberitakan kepada kita dan hanya diketahui oleh Allah sendiri dalam ilmuNya yang ghaib. Jadi dengan demikian, nama-nama Allah yang diberitakan kepada kita di dalam Al-Qur’an dan dalam hadits-hadits shohih itu hanyalah sebagian dari kemuliaanNya dan tidaklah kemuliaan itu dapat dibatasi oleh angka tertentu yang dikenal oleh manusia.

4. Mengenal sifat-sifat dan nama-nama Allah Ta’ala itu adalah perkara tauqiffiyah (yakni perkara yang telah baku dan tidak bisa dikembangkan dalam ijtihad seseorang). Yaitu bahwa sifat-sifat dan nama-namaNya itu hanyalah sebatas yang diperkenalkan kepada kita dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shohih. Yakni kita tidak boleh membuat nama-nama atau sifat-sifat Allah dari hasil pikiran atau renungan siapapun.

5. Kita juga mengartikan apa yang tersebut pada keduanya sebatas pengertian bahasa Arab dan kita tidak boleh membelokkan arti dari sifat-sifat Allah tersebut kepada makna lain dari makna dzahirnya, kecuali bila terdapat keterangan dari Al-Qur’an dan Al Hadits shohih yang membelokkannya kepada makna lain dari selain makna dzahirnya itu.

6. Kita juga dilarang untuk membahas tentang bagaimana bentuknya atau caranya Allah Ta’ala bersifat dengan sifatnya tersebut. Karena sifat dan nama Allah Ta’ala itu tidak bisa dibayangkan atau diserupakan atau diukur dan difahami dengan apapun dari segala yang selainNya. Maha suci Allah untuk serupa atau sebanding dengan apapun yang selainNya. Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya : “Tidaklah serupa denganNya apapun dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura : 11). Juga firmanNya : “Dan tidak sebanding denganNya siapapun”. (QS Al Ikhlas : 4). Juga firmanNya : “Dia Allah, Tuhan pemilik dan pengatur serta penguasa segenap langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, maka beribadahlah kepadaNya semata dan bersabarlah kalian dalam beribadah kepadaNya. Apakah kalian mendapati sesuatu yang sebanding denganNya ? (QS. Maryam : 65)



7. Bisa saja nama-nama dan sifat-sifat Allah itu serupa dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluq dari sisi kata dan bahasa. Namun dari sisi bagaimana bentuk dan caranya, tentu tidak pernah dan tidak akan sama antara nama dan sifat yang ada pada makhluk dengan yang ada pada Allah Ta’ala.

8. Nama-nama Allah itu mengandung makna sifat-sifatNya, tetapi sifat-sifatNya tidak mesti menjadi nama-namaNya. Maka Allah Ta’ala tidaklah dinamakan Maakir, meskipun Dia bersifat Makar yaitu membalas setiap makar dari musuh-musuhNya. Allah Ta’ala tidaklah dinamakan Muntaqim, meskipun Dia bersifat Yantaqim, yakni membalas perbuatan jahat dengan kejahatan pula. Jadi tidaklah mesti setiap sifatNya kemudian dijadikan namaNya, tetapi setiap namaNya selalu menunjukkan makna sifatNya. Seperti nama Allah menunjukkan makna sifatNya sebagai sesembahan segenap makhlukNya. Nama Ar-Rahman menunjukkan sifatNya yang Maha Pengasih dan demikian selanjutnya.

9. Allah Ta’ala telah memperkenalkan diriNya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan menyebut sifat-sifat bagi DzatNya (diistilahkan oleh para ulama dengan sifat Dzatiyah) dan juga Dia menyebut sifat-sifat bagi perbuatanNya (diistilahkan oleh para ulama dengan sifat Fi’liyah). Semua itu hanya kita fahami dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits shohih.

Maka dengan kita memahami prinsip-prinsip ahlussunnah wal jama’ah tersebut diatas, kita akan dengan mudah memahami segala berita dari Allah Ta’ala dan RasulNya tentang nama-nama dan sifat-sifatNya yang Maha Mulia.

 


Date: 2015-12-17; view: 787


<== previous page | next page ==>
Bahaya Syirik Terhadap Iman dan Islam | Sifat-Sifat Allah Dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadits
doclecture.net - lectures - 2014-2024 year. Copyright infringement or personal data (0.006 sec.)