Home Random Page


CATEGORIES:

BiologyChemistryConstructionCultureEcologyEconomyElectronicsFinanceGeographyHistoryInformaticsLawMathematicsMechanicsMedicineOtherPedagogyPhilosophyPhysicsPolicyPsychologySociologySportTourism






Perkembangan Ekonomi Indonesia

(18 Nov’13 – 23 Nov’13)

v Hatta: Rumusan DNI Jaga Kepentingan Nasional (18/11/2013)

Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menyatakan pembahasan Daftar Negatif Investasi (DNI) masih terus dilakukan pemerintah.Menurut Hatta, pembahasan DNI harus rampung dibahas bersama seluruh pihak atau lintas kementerian. Tujuannya menghindari ada lembaga yang mengaku tidak dilibatkan dalam pembicaraan tersebut. Namun yang jelas, Hatta menuturkan, pembahasan DNI harus memenuhi tuntutan nasional. Bukan hanya untuk kepentingan asing. "Kita lihat komiten, kita ingin fahami kepentingan nasional dijaga. Tapi kita harus melihat kepentingan industri kita seperti apa," jelasnya. Menurut Hatta kalau semua pembahsan DNI selesai dibahas baru akan dilanjutkan ke presiden. Sehingga sampai ke presiden tinggal persetujuan saja.

 

v Pemerintah Siapkan Kompensasi Jaga PDB (19/11/2013)

Pemerintah menyiapkan kompensasi fiskal ke pengusaha dan proteksi sosial supaya koreksi pertumbuhan tersebut tidak dapat melebarkan kemiskinan.Namun, pemerintah melihat penurunan pertumbuhan ekonomi kisaran 5,8% dari 6% sesuatu yang wajar. Hatta mengatakan koreski pertumbuhan ke bawah tersebut merupakan upaya pemerintah mengatasi Current Account Defisit (CAD). Ini yang dikedepankan pemerintah ketimbang mendorong pertumbuhan leih tinggi, namun Indonesia selalu defisit perdagangan. Oleh karena itu, pemerintah akan memberikan insentif kepada perusahaan. Tujuan insentif agar perusahaan tidak gulumg tikar sehingga tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

 

v Indonesia Importir Bawang Putih Terbesar (20/11/2013)

Dewan Hortikultura Nasional menyatakan Indonesia termasuk importir besar bawang putih. Pasokan dalam negeri belum memadai sehingga impor menjadi pilihan.Benny A Kusbini Anggota Dewan Hortikultura Indonesia mengatakan tanpa impor bawang putih harga akan terkerek naik. Sementara untuk bawang merah, lanjut Benny, meskipun Indonesia memiliki sentra produksi seperti di Brebes, Jawa Tengah, namun masih minim pengelolaan pasca panen. Menurut Benny, Indonesia seharusnya sudah memiliki teknologi atau peralatan yang mampu mengamankan pasokan pasca panen bawang merah. Beberapa bulan lalu Indonesia sempat kekurangan pasokan bawang putih dan bawang merah. Hingga pernah menyebabkan harga keduanya menyamai harga daging sapi satu kg.

 

v Berdagang dengan Australia Tidak Menguntungkan (21/11/2013)

"Ibarat keran air, Indonesia sudah mengecilkan kucurannya sedikit demi sedikit. Australia mulai merasakannya,” ujar Marty Natalegawa, Menteri Luar Negeri RI menanggapi sikap sok jago Australia, yang intelijennya menyadap sejumlah pejabat Indonesia.Indonesia memang mulai menurunkan tensi hubungannya dengan Australia, baik di bidang keamanan maupun nantinya di bidang ekonomi. Kini, semua tergantung Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, apakah dia bisa menjelaskan alasan-alasan di balik penyadapan lalu secara kesatria meminta maaf. Kalau mau diutak-atik, sebenarnya hubungan ekonomi Indonesia-Australia tidak bagus-bagus amat. Di sektor perdagangannya, misalnya, Indonesia selalu mengalami defisit. Lihat saja pada periode Januari-September 2013, nilai impor nonmigas Australia ke Indonesia mencapai US$ 3,52 miliar, sedangkan ekspor nonmigas Indonesia ke Negeri Kangguru itu hanya US$ 2,03 miliar. Artinya, sepanjang sembilan bulan itu, Indonesia defisit sebesar US$ 1,5 miliar. Jumlah ini meningkat sebesar US$ 200 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Tahun 2012, perdagangan kedua negara mencapai US$ 10,2 miliar. Ekspor Indonesia ke Australia kebanyakan berupa hasil pengolahan emas, perak, logam mulia, perhiasan, pengolahan kayu, bubur kertas dan kertas. Sebaliknya, impor Indonesia dari Australia mayoritas adalah bahan baku, seperti aluminium oksida, katoda tembaga, paduan aluminium, dan gula. Lucunya, selama ini Indonesia juga mengekspor bauksit ke Australia. Di Australia, bauksit ini diproses menjadi alumina lalu dijual kembali ke Indonesia. Indonesia kemudian mengolahnya menjadi aluminium batangan. Selama ini, Indonesia mengimpor alumina dari Australia sebanyak 500 ribu ton untuk menghasilkan 250 ribu ton aluminium. Lha, mana nilai tambahnya bagi Indonesia? Jadi, kalau struktur ekspor-impor sudah sedemikian rupa, agaknya Indonesia bakal kesulitan untuk masuk lebih banyak ke Australia. Apalagi, komoditas pertanian dan hortikultura yang jadi unggulan Indonesia, sudah kalah bersaing dengan Australia, termasuk produk pertanian untuk konsumsi. Itulah kenapa, Menteri Perindustrian MS Hidayat tahun depan berencana menghentikan ekspor bauksit ke Australia dan menyetop impor alumina dari Negeri Kangguru itu.



 

v Gita: Perdagangan RI-Australia Belum Terganggu (22/11/2013)

Mendag, Gita Wirjawan mengatakan penyadapan yang dilakukan Australia kepada para pejabat negara Indonesia belum mengganggu perdagangan kedua negara.Namun pihaknya akan terus mengkaji kebijakan apa yang akan diambil ke depan. Menurut Gita, meskipun kegiatan perdagangan dengan Australia masih normal. Namun pihak tetap melakukan sejumlah kajian dan antisipasi. Hal ini terutama mengenai produk daging sapi Nasional yang masih sangat besar ketergantungan dengan importasi dari Australia. Saat ini, kegiatan ekpor dan impor mewarnai kegiatan perdagangan kedua negera selama ini. Komoditas Indonesia yang diekspor ke Australia antara lain produk pertambangan seperti Emas dan Bauksit, buah manggis, produk manufaktur seperti antena televisi, kayu dan rotan. Sedangkan Indonesia banyak mengimpor daging sapi, susu olahan, garam, buah-buahan, dan gandum. Nilai perdagangan kedua negara mencapai US$15 miliar atau setara dengan Rp173 triliun.

 

v Fluktuasi Rupiah Belum Ancam Utang Swasta (23/11/2013)

Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri merasa tidak yakin utang swasta akan terjerat dengan dolar. Utang swasta masih akan di level aman dan tidak akan mengganggu dunia usaha.Alasannya, menurut Chatib, yieldnya masih dapat dipenuhi oleh swasta. Atas dasar itulah mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini menjamin utang swasta dalam posisi positif. Justru yang menjadi kekawatiran pemerintah, menurut Chatib justru terjadi pada tekakanan Bahan Bakar Minyak (BBM). Impor BBM menyebabkan perdagangan selalu defisit. "Justru presurenya pada BBM itu beban kita, bukan utang swasta," tuturnya.


Date: 2015-12-17; view: 621


<== previous page | next page ==>
Perkembangan Ekonomi Indonesia | 
doclecture.net - lectures - 2014-2024 year. Copyright infringement or personal data (0.009 sec.)